Jumat, 03 Januari 2014

KOLOSAL DRAMATIQUE

KOLOSAL DRAMATIQUE


Disebuah halaman belakang rumah, terdengarlah suara decitan ayunan tua. Sesosok gadis tertunduk lesu seperti sedang memikirkan sesuatu.
Sovia        : Tuhan Yang Maha Sejahtera,Aku letih berlari mengejar impian yang semu,dan menelantarkan kasih sayang yang sudah ada di sisiku.Tenagailah ketegasanku
untuk melepaskan diri dari sikap-sikapku yang menjadi sumber gelisah
Dan tegaskanlah aku untuk melakukan yang membesarkanku,dan menghindari yang melemahkan hidupku.
Mayang   : Sudahlah.
Semakin engkau memikirkannya, semakin dalam sayatan dari luka yang kau ulang-ulangi dalam ingatanmu.
Hiduplah dalam pikiran baikmu, agar hatimu lebih terjaga dari ingatan buruk yang hanya akan menghalangi perjalanan naik ke masa depanmu.
Ingatlah kebaikan dari mereka yang mencintaimu, dan hiduplah untuk membahagiakan mereka.
Detik, menit, jam, bahkan hari pun telah berganti. Namun, tak kunjung hilang kesedihan dalam hati Novia. Hatinya pun seakan tak mampu lagi merasakan sakit yang menderanya karena kepergian sang kekasih tercinta untuk selama-lamanya. Suara lembut sang bunda terdengar dari balik kelambu kamar.
Mayang                :               Nak, bangkitlah dari ranjang malasmu. (sembari menuntun Novia menuju meja                                               
              makan).   Besarnya kesungguhanmu menentukan besarnya perubahan yang
              mengeluarkanmu dari kesedihan.
Janganlah kesungguhanmu untuk mengeluh lebih
              besar daripada kesungguhanmu untuk melakukan yang baik bagimu.
Sovia     :  Terlalu dalam dan pedih luka ini, setelah apa yang selama ini kami lakukan bersama. Kenapa dia seakan meninggalkanku tanpa seutas kata ?
Ternyata kesedihan yang selama ini mendera Novia disebabkan karena kematian sang kekasih, Debi. Sedih datang bagaikan mimpi. Kenyataan hidup tak ku mengerti. Antara datang dan pergi. Semuanya terlihat nyata tinggalkan arti. Derai air mata takkan melahirkan kebahagiaan untukmu yang disana. Kuatkanlah. Perpisahan adalah hal yang menyakitkan. Namun siklus waktu berikan pelajaran bahwa kematian bukanlah sebuah akhir melainkan awal kehidupan.

(Beberapa hari kemudian di sebuah sekolahan, tepatnya di perpustakaan)
Hari ini adalah hari pertama sovia disekolah barunya setelah pindah ke kota asal bundanya.
Sovia     : tempat ini begitu gelap segelap hatiku saat ini.
Ditengah-tengah lamunannya tiba-tiba datanglah 4 orang gadis sebayanya.
Angel    : (berbisik pada teman disampingnya) gadis itu seperti sedang membaca. Tetapi mata dan jiwanya seakan tak tertuju pada buku itu.
Aska      : Aku takut apa yang akan terjadi padanya bila kita tidak menghentikannya. Teman, bangunkan dia sekarang.
Angel menepuk pundak Sovia perlahan tetapi tidak ada respon dari Sovia seperti dia tidak merasakan sentuhan apapun.
Sovia     : (dia menoleh kebelakang ) ada apa ?
Angel    : Ada apa denganmu kawan ? Kami melihatmu seperti terlarut dalam kesedihan. Bagilah kesedihanmu kepada kami.
Sovia     : Kenapa harus denganmu ? Baru detik ini kita bertemu, tapi mengapa kalian begitu lancang bicara seperti itu ? (dengan raut datar)
Aska      : Bukan maksud kami untuk mengganggumu. Kami hanya tidak tega melihatmu sendiri di tengah kegelapan.
Sovia     : Maafkan aku telah berbicara seperti itu. Aku terlalu sedih saat ini.
Mereka pun penasaran apa yang membuat gadis itu bersedih. Dan akhirnya dengan berat hati Sovia menceritakan kepada keempat sahabat barunya. Tanpa disadari airmata membasahi pipi Sovia.
Wita          : Apakah itu karena engkau lebih banyak mengeluh, dan mereka lebih banyak bertindak?
Sudahlah, aku juga tahu hidup ini sulit.Tidak ada baiknya pamer bahwa engkau menderita dalam kesulitanmu. Yuk, sini, berdirilah gagah di sebelahku.
Kita jalan sama-sama dalam persahabatan yang saling menguatkan. You can do it! You are my friend. Engkau ada dalam tanggung-jawabku juga.
Walk with us!
Tami         : kebaikan yang kau syukuri di dalam dirimu. Jangan merasa bosan dengan dirimu sendiri.
Orang yang paling membosankan dan tidak menarik adalah yang bosan dengan dirinya sendiri.
Syukurilah dirimu. Orang lain akan sangat sulit tertarik kepadamu, jika engkau tak berbahagia dengan dirimu sendiri.
Sovia     : Apa yang harus kulakukan ?..........................................
Dirumah Sovia menceritakan perasaannya kepada derasnya rintik hujan dimalam hari.
Sovia     : kau mengajari ku melebur dalam gelap tanpa harus lenyap merengkuh rasa takut tanpa perlu susut ku terdiam dan terbangun dari ilusi namun aku tak memilih untuk pergi aku merindukan mu, disaat aku merasakan kesepian, aku merindukan mu ketika, aku terbangun dari ilusi ku, aku merindukanmu ketika, aku teringat akan sapa lembut mu.
Hanny         : Jika cinta itu tidak gila, maka itu bukan cinta. Jika Anda menolak melakukan sesuatu untuk membahagiakannya, hanya karena hal itu bukan cara yang biasa Anda lakukan, maka Anda tidak cukup mencintainya. Kesediaan Anda untuk mengubah kebiasaan yang Anda sukai selama ini,
adalah persembahan yang membuktikan kekuatan cinta Anda kepadanya. Tidak ada yang aneh atau gila, jika itu untuk cinta.
Hari-hari Sovia selalu diwarnai dengan kegelisahan. Saat disekolah di sebuah bangku taman tempat biasa Sovia merenung sendiri.
Angel       : Jagalah impian besarmu, tapi bersegeralah mengerjakan yang kecil dengan kesungguhan besar.Jangan sepelekan yang kecil, karena semua yang besar berasal dari hal-hal kecil yang kau lakukan dengan kesungguhan besar.Bukan besarnya yang kau lakukan - yang penting, tapi besarnya kesungguhanmu. Janganlah hidup galau dalam kesungguhan kecil.
Sovia        : Begitu bijak dan mudahnya kau mengatakan hal itu. Kau tidak akan mengerti apabila kau tak berada dalam posisiku sekarang.
Tami         : Cinta tanpa masalah dan konflik hanya ada dalam dongeng.  Sabar saja. Ini semua akan membaik.
Wita          : Janganlah menunda karena dugaan burukmu. Mulailah karena harapan baikmu. Engkau sampai, hanya jika engkau berangkat. Dan, Tidak ada apa pun yang bisa kau selesaikan, jika engkau tidak memulai. Mulailah.
Sovia        : Baiklah.
   Tuhanku Yang Maha Mengetahui, Engkau mengetahui akan jadi apa aku di masa depanku. Dan Engkau telah menyerahkan kewenangan untuk membangun nasibku sendiri kepadaku.
Jika aku belajar, bekerja, dan hidup dengan sikap dan cara yang baik, maka akan baiklah nasibku. Jika aku malas, penuh curiga, suka menunda, mengeluh tanpa putus, dan tidak berlaku jujur, maka akan lemahlah nasibku. Maka aku memohon kepadaMu, agar Engkau mentenagai ketegasanku untuk mendahulukan yang baik, untuk mencoba sebelum mengatakan tidak mungkin, untuk mencoba lagi walau gagal, dan untuk mensyukuri hasil yang kecil sebagai sarana untuk mencapai hasil yang besar.Tuhan, rahmatilah upayaku hari ini untuk menjadi pribadi yang tegas membangun nasib baikku sendiri.
Kehadiran 4 sahabat barunya membuatnya bangkit lagi menjadi Sovia seperti sediakala. (5 orang masuk dengan wajah yang gembira  ). Lambat laun waktu berlalu, setahun sudah kebersamaan mereka. Nampaknya, kini Sovia telah dapat menepis kesedihannya karena kepergian Debi. Suatu hari, Aska dan Angel harus pindah dari sekolah karena pekerjaan ayahnya yang juga pindah ke luar negeri.
Aska      : Teman-teman, betapa benci diriku untuk mengatakan ini pada kalian. Tapi apa daya, aku dan Angel harus mengucapkan salam terakhir kepada kalian. Asal kalian tau, aku dan Angel sangat beruntung bisa bersahabat dengan kalian. Terimakasih teman.
Sovia     : Sepagi ini kalian sudah bercanda. Apakah kalian sudah meminum obat kalian ?
                (Sovia berkata sembari tertawa)
Angel       : (menangis keras, seakan menunjukkan dirinya tidak berbohong) masihkah terlihat kebohongan di raut wajah kami. Inilah kenyataannya, bahwa kita harus benar-benar berpisah. Aku harus ikut ayahku untuk pindah keluar negeri. Beliau harus pindah kesana karena bisnisnya.
Sovia        : betapa teganya dirimu kepadaku. Setelah kau hapuskan luka dariku, setelah kau mengembalikan senyumku, kini kembali kau goreskan luka, bahkan kali ini lebih dalam dari sebelumnya. SUNGGUH MUNAFIK KALIAN!!!!!!! (berlari meninggalkan ke-4 sahabatnya sambil meneteskan air mata)
Aska         : bukan maksud kami untuk............. (aska tak mampu melanjutkan ucapannya)

Tami dan Wita hanya bisa diam menyaksikan kisah tragis itu. Mereka pun seakan tak percaya bahwa semua akan berakhir secepat dan setragis ini.
DI RUMAH.....
Krrriiiiing krrrinnnnng, dering telpon mengejutkan Sovia.
Sovia     : selamat malam. Dengan siapa?
Angel    : a..a..aakuu, aku angel.
Sovia     : o, angel. Maafkan aku atas kejadian tadi di sekolah.
Angel    : aku sudah memaafkannya. Aku memaklumimu. Aku hanya ingin berpamitan denganmu.
Sovia        : baiklah, walau dengan berat hati aku akan melepaskanmu dan mulai membiasakan diri untuk menjalani kehidupanku tanpa kehadiranmu.
Aska         : sovia, ini aku Aska. Mafkan aku harus meninggalkanmu. Aku sangat menyayangimu kawan. Selamat tinggal.

Sovia pun tak mampu berkata-kata lagi. Seakan ada sesuatu yang membungkam erat mulutnya.Bila kau meski pergi jauh dan takkan kembali lagi, aku pun mengerti dengan apa yang semua terjadi pastikan langkah kakimu agar tetap berarti sehangat pelukanmu diwaktu hujan dan badai menghantui kita. Taukah kamu ? Disaat kamu lambaikan tangan kepada ku kutatap wajahmu yang kelam namun tampak tenang seakan kau berbisik walau kau tak berbisik. Sahabatku, mungkin inilah waktu yang tepat untuk kita berpisah. Sore yang temaram itu seolah mataku berkaca hingga meredupnya senja. Entah air mata juga rasanya tak mampu ku redam. Sesak, pahit, tercampur sebagai pertanda perpisahan.
.......................................................................................................................................................
Sekolah tanpa kedua sahabatnya terasa hampa. Dalam kesedihannya datanglah Nuri.
Nuri          : Memang sulit melupakan pengkhianatannya,tapi tetap lebih mudah daripada terus hidup dalam kepalsuan bersamanya.
Sovia        : (dengan marahnya) jagalah perkataanmu!!!!!!!!!!!
Sovia pun pergi .
Sore hari sepulang sekolah, sovia menuju taman depan rumahnya, ibunya menghampirinya.
Bunda      : sabarlah. Itulah kehidupan yang sesungguhnya. Dimana kau harus menjalaninya dengan optimis untuk masa depanmu.
Kata-kata bunda  sedikit menenangkan sovia.
Suatu malam sovia bermimpi bertemu dengan Debi di taman tempat mereka biasa bertemu. Sovia bergegas untuk mendekatinya, tapi tak tahu mengapa debi enggan ia mendekatinya. Sovia terbangun dari mimpi itu. Namun kali ini bukan air mata yang ia keluarkan, tetapi hanya beberapa kalimat manis dari bibirnya
Sovia        : “Debi, betapa besar cintaku untukmu. Betapa besar perjuanganku untuk melupakanmu. Betapa lama waktu yang kubutuhkan untuk melupakanmu. Tapi kini aku sadar, kita berada di alam yang berbeda. Terima kasih telah hadir dalam kehidupanku. Terima kasih atas segalanya. Disini aku hanya bisa mengenang dan mendoakanmu. Cintaku selamanya untukku.”

Cinta mengenalkanmu kepada keindahan dari kesejatian dirimu. Sehingga,kamu harus sangat berhati-hati, jika yang kamu sebut cinta itu menjadikanmu perusak tatanan kebaikan,memusuhi  orang tua,dan mengasingkanmu dari mereka yang mengasihimu.
Dan jika imajinasi cintamu itu indah, mengapakah hidupmu justru kehilangan keindahan karena cinta? Walau logikamu lumpuh karena cinta, cobalah untuk berpikir. Berpihaklah kepada perasaan, pikiran, dan tindakan yang membaikkan hidupmu. Yang selain itu, hanya ilusi, bukan cinta.
Persahabatan adalah bagaikan surga ketiadaanya bagaikan neraka. Persahabatan adalah hidup, ketiadaannya bagaikan kematian dan berbagai bakti perlu dilakukan demi persahabatan . Banyak diantara teman, kekasih, dan orang paling dekat dengan kita, maupun keluarga kita sendiri yang akhirnya harus berpisah dengan kita.
Kami menyadari karya kami jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi isi maupun cara penguraiannya. Kami mohon maaf apa bila ada kesalahan dalam perkataan selama pementasan berlangsung. Atas perhatiannya sekian dan terimakasih.
THE END

create by : Adinda Putri Herlada Puspitasari & Prabandhanni

first Sense


Aku tidak tahu harus memulai dari mana >.<, banyak sebenarnya yang mau dituliskan. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara menuangkannya.